BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 22 April 2010

Hasil karya bomber 2010






















Karya booming 2010

graffiti 5 januari 2010



Salah satu kegiatan dalam Biennale X Jogja adalah pelibatan komunitas-komunitas seni dalam menghias ruang publik di kota Yogyakarta. Salah satunya adalah partisipasi komunitas bomber. Iya bomber, mereka yang sering menulis coretan-coretan graffiti di tembok-tembok kota, identik dengan stigma vandalis yang meresahkan. Namun ada yang berbeda dengan pelibatan ini, mereka mengecat tembok jalanan di siang hari, bukan seperti biasanya : malam hari & kucing-kucingan dg petugas. Notes : nama bomber ini Andi.

Jumat, 16 April 2010

Biodata Azis Gagap


Opera van java menjadi tv show yang merebut perhatian pemirsa belakangan ini.Hal ini dilatar belakangi oleh aksi lucu yang selalu terjadi di Opera Van Java.Terutama pada saat penampilan Aziz Gagap.Berikut Biodata Aziz Gagap yang masih belum lengkap karena keterbatasan data Aziz Gagap seorang pelawak pendatang baru, di jagat hiburan indonesia.Mempunyai karakter seorang yang Gagap, jarang loh pelawak yang make gaya Gagap sekarang ini.Makanya kehadiran Aziz Gagap membuat nuansa baru di dunia lawak.Aziz Gagap menjadi populer semanjak penampilannya bersama Sule dan Andre Taulany di Opera Van Java.Semenjak itu namanya menjadi perbincangan di warung kopi, seiring kesuksesan dari Opera Van Java itu sendiri.Saat ini Aziz Gagap juga menjadi Presenter di acara musik di SCTV, bersama Indra Bekti dan Cathy Sharon di Acara Play List.Saksikan penampilan Aziz Gagap di Opera Van Java dan bergabung di Aziz Gagap Fansclub di Facebook. (google)

Jelang Berakhirnya Kontrak Pemain Arema28Jan08

Setelah gagal melaju ke babak semifinal Liga Indonesia, dipastikan tidak ada fixture lanjutan untuk tim Singo Edan. Semua pemain pun telah diliburkan sampai batas waktu yang akan ditentukan oleh pihak manajemen Arema. Seperti diberitakan harian Malang Pos, beberapa pemain mengisi liburan dengan pulang kampung atau menyembuhkan cedera yang mereka alami. Beberapa pemain Arema akan habis masa kontraknya per 31 Januari 2008, Kamis lusa.
Ketika masa kontrak seorang pemain habis, pemain tersebut berhak menyetujui tawaran kontrak dari klub lain, dalam sepakbola industri di Eropa kita kenal dengan istilah Bosman Rule atau aturan transfer Bosman. Rata-rata pemain di Indonesia hanya dikontrak satu tahun atau satu musim kompetisi, sehingga ketika kompetisi berakhir, banyak pemain yang hengkang (bebas transfer), tim dibubarkan, dll. Contoh sederhana adalah tim tetangga kita, Persema Malang, yang timnya telah “dibubarkan” begitu kompetisi berakhir Desember lalu.
Itulah kenapa transfer pemain di Indonesia tidak pernah ada atau sangat jarang sekali disebutkan nominalnya. Kalau di Eropa kita masih ingat Nicolas Anelka dibeli Chelsea dari Bolton dengan transfer 15 juta pounds, hampir tidak pernah kita dengar ada transfer pemain antar klub di Indonesia, karena rata-rata pemain berstatus free-transfer ketika direkrut atau bergabung dengan sebuah klub.
Tapi ada satu hal yang menarik dari pemain pada klub di Indonesia, yaitu loyalitas. Kalau kebanyakan pemain Eropa ketika kontraknya habis langsung mencari klub baru, tidak demikian di Indonesia, banyak pemain yang berharap kontraknya diperpanjang sehingga enggan mencari klub baru, terlebih apabila pemain tersebut termasuk pemain inti di klub yang bersangkutan.
Status klub sepakbola Indonesia yang hampir semuanya “plat merah” mendukung hal tersebut. Kita bisa ambil contoh bagaimana beberapa pemain sebuah klub di kota A juga menjadi pegawai negeri di kota A tersebut. Bahkan ketika sebuah klub menjuarai Ligina beberapa tahun lalu, banyak pemain-pemainnya yang dijadikan pegawai negeri di kota tersebut. Sesuatu yang mungkin sedikit luput dari pengamatan kita.(google-ongisnade)

Rabu, 18 November 2009

Graffiti sebagai kArya Seni?

Dinding-dinding di sepanjang Jalan Tamblong yang semula putih bersih, kini sedikit berwarna. Kini, selain dipenuhi oleh "flyers" dan poster yang ditempel sembarangan, coretan-coretan jahil yang dibuat dengan cat semprot, juga mulai memenuhi dinding-dinding tersebut. Bikin mata orang-orang yang lalu lalang, mau nggak mau seperti tersihir untuk melihat atau sekadar melirik. Katanya sih, itu adalah graffiti, coretan yang dibuat untuk mengekspresikan kebebasan.
Graffiti yang berasal dari bahasa Yunani "graphein" (menuliskan), diartikan oleh wikipedia.org sebagai coretan pada dinding atau permukaan di tempat-tempat umum, atau tempat pribadi. Coretan tersebut, bentuknya bisa berupa seni, gambar, atau hanya berupa kata-kata. Graffiti yang banyak bertebaran di jalanan kota Bandung, masih sebatas coretan kata-kata yang merupakan identitas geng atau malah hanya berupa nama. "Itu masih bisa dikategorikan sebagai seni, walau mungkin pada levelnya berbeda, ya," ungkap Roy, seorang pelaku graffiti yang sempat belia temui ketika membuat satu graffiti di sebuah distro di bilangan Jalan Burangrang, Jumat (9/12).Penggunaan cat semprot untuk bikin sebuah graffiti, sudah mulai dikenal di New York, akhir tahun 60-an. Coretan pertama dengan cat semprot, dilakukan pada sebuah kereta subway. Seorang bernama Taki yang tinggal di 183rd Street Washington Heights, selalu menuliskan namanya, entah itu di dalam kereta subway, atau di bagian luar dan dalam bis. Taki183, gitu bunyi tulisan yang ia buat menggunakan spidol. Taki ini seperti ingin nunjukkin identitas dirinya. 183 yang ia tulis setelah namanya, nunjukkin tempat tinggalnya.Gara-gara coretannya tersebut, orang-orang di seluruh kota jadi kenal dengan Taki, lewat coretan-coretan misteriusnya. Di tahun 1971, mister Taki ini diinterview oleh sebuah majalah terbitan New York. Dari situlah, kepopuleran Taki diikuti oleh anak-anak seluruh New York. Anak-anak ini tertarik karena kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas mereka --disebut juga tagging-- pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota. Semakin banyak nama atau identitas seorang anak, sudah pasti ia akan semakin populer.Setelah spidol, media yang kemudian biasa digunakan adalah cat semprot, yang dipakai untuk nge-bomb (istilah untuk menyemprot) bagian luar kereta. Karena semakin banyaknya orang-orang yang bikin tagging, nggak heran kalau setiap writers, pengen punya style sendiri. Dari situ, mereka nambahin warna-warna yang eyecatching, efek-efek khusus, bahkan mereka mencoba untuk menuliskan namanya lebih besar. Dengan bantuan cat semprot, pengerjaan graffiti ini lebih cepet beres.Makanya, untuk mengantisipasi tagging yang mulai mewabah, pihak kepolisian setempat sampai melarang penjualan cat semprot pada anak-anak di bawah umur. Saking banyaknya pelaku graffiti, di Meksiko pun diberlakukan aturan serupa. Bahkan, setiap pembeli cat semprot harus menunjukkan identitas yang jelas dan menyertakan alasan untuk apa cat semprot itu digunakan."Bikin graffiti di public space itu seperti punya gengsi sendiri. Selain itu adrenalin bakal terpacu, karena takut dikejar polisi atau gangster," kenang Roy, yang pernah ke-gap sama gangster pas bikin graffiti di public space. Yup. Selalu public space yang menjadi sasaran para seniman jalanan ini untuk berkreasi. "Sebagian orang ada yang nganggep graffiti sebagai karya seni, tapi nggak sedikit juga yang bilang kalau coretan-coretan itu malah ngerusak," kata Radi, seorang mahasiswa seni lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB.Jika graffiti ini dilakukan tanpa seizin pemilik tempat, perbuatan ini dapat dikategorikan sebagai tindakan vandal. Mungkin banyak di antara Belia yang belum tau apa itu arti vandalisme. Vandalisme bisa diartikan sebagai tindakan yang merusak properti orang lain. It means, graffiti atau mural yang dilakukan tanpa izin di tempat-tempat umum, bisa dikategorikan sebagai vandalisme. Sementara, banyak orang yang berpendapat, kalau graffiti di dinding-dinding jalan, masih lebih baik daripada dinding-dinding tersebut kotor, tidak terawat, dan penuh dengan tempelan flyers atau brosur-brosur yang nggak penting.Kalau Belia lewat Jalan Siliwangi, mata terasa lebih segar karena ngeliat mural di sepanjang dinding jalan, pasti setuju kalau karya seni yang seperti itu bukan termasuk perbuatan vandal. "Iyalah. Soalnya mural di Siliwangi itu legal kok. Pihak Pemda, sekitar dua tahun lalu, pernah ngasih proyek itu buat kita," kata Yogie, yang bareng Radi, jadi konseptor pembuatan mural tersebut.Mural yang berarti lukisan pada permukaan yang lebar, memang terasa lebih legal dibandingkan dengan graffiti yang berkesan liar. "Bedanya sih, mungkin hanya pada medianya aja ya. Kalau graffiti banyak pake cat semprot, sementara mural make cat tembok. Kalau nyeni atau nggaknya ya, tergantung yang liat. Nggak ada parameter khusus," lanjut Yogie.Senada dengan Yogie, Roy pun bilang kalau bagus atau jelek itu relatif. "Susah sih, kalau mau bilang bagus atau jelek. Isi tulisan-tulisannya, mungkin dibilang jelek tapi malah keinget terus sama yang baca. Tapi graffiti di film Alexandria saya bilang butut, sementara orang lain mungkin bilang itu bagus," tandas Roy sembari memberi contoh.Legal atau nggaknya sebuah karya di jalanan, bagi Roy yang juga lulusan FSRD ini, tetap dinilai sebagai sebuah karya. "Di Jogja, graffiti dan mural malah dilegalkan. Pemerintah setempat ngebolehin, bahkan menyediakan lahan untuk para street art berkarya. Sementara di Bandung, belum ada pelegalan seperti itu. Beda ceritanya kalau lu punya duit," katanya sedikit berapi-api.Alih-alih sebagai tindakan vandal, graffiti, mural, tagging, dan sebagainya adalah merupakan kebebasan berekspresi. Tetapi, kebebasan berekspresi saat ini masih didominasi oleh kaum berduit, yang mampu membeli tempat untuk menumpahkan kreativitasnya. Sementara para seniman jalanan, mesti sembunyi-sembunyi atau malah kejar-kejaran dengan pihak aparat hanya untuk berkreasi. "Seniman yang jelas-jelas bikin karya di privat place aja sempat dibakar aparat, apalagi street art yang berkarya di public space," lanjut Roy.Setiap seniman punya style masing-masing untuk mengekspresikan karyanya. Makanya, tidak sedikit seniman yang malah "bersaing" untuk bisa menciptakan karya bagus di tempat yang lebih lebar, misalnya, atau untuk meraih kepopuleran. Selain saingan, ada juga proses pembelajaran yang diturunkan dari seniman yang tergolong kelas senior kepada juniornya. "Yang baru belajar biasanya jadi kenek dulu. Kerjaannya masih sebatas ngewarnain, atau bantuin yang gampang. Seniornya, yang bikin sketsa di kertas dan di dinding," ujar Roy.Proses bikin graffiti atau mural kurang lebih sama. Pertama, sketsa dibuat pada kertas, lalu kemudian sketsa tersebut dipindahkan ke dinding. "Yang lebih gampang sih, si sketsa udah "ditembakkin" pake proyektor, jadi nggak perlu bikin sketsa di tembok. Tapi, ya, gengsinya mungkin lebih turun kalau dibantu pake proyektor," kata Roy lagi.Nggak sedikit duit yang dikeluarin untuk bikin satu graffiti atau mural. "Untuk bikin gambar di tembok yang berukuran sedang, bisa habis kira-kira dua puluh kaleng cat semprot. Sementara ini (garasi distro yang sedang dibuat graffiti-red) abis 40an kaleng," jelas Roy.Sayang banget kan kalau hanya ngabisin cat semprot untuk tulisan-tulisan yang nggak ada maknanya, atau malah bikin sebel orang yang liat. Radi dan Yogie pun punya pendapat serupa. "Kalau mau bikin graffiti atau mural, mending sekalian yang edun, daripada hanya tulisan atau gambar yang teu kaharti."katanya.Graffiti sampai kapan pun mungkin bakal jadi kontroversi. Di satu pihak bakal bilang kalau graffiti itu perbuatan vandal, tapi pihak yang lain mengartikan seni, kebebasan berekspresi. Lain halnya di Yogyakarta, yang setiap seniman bebas berkarya, pihak pemerintah pun nggak perlu repot-repot ngejar-ngejar seniman yang bandel. Karya yang nggak bikin sakit mata, lebih-lebih sakit hati, tentu bakal diapresiasi dengan baik oleh masyarakat. Kebebasan berekspresi bisa saja diredam, tapi nggak bisa dihentikan

Minggu, 25 Oktober 2009

Graffiti di Indonesia: Sebuah Politik Identitas ataukah Trend? (Kajian Politik Identitas pada Bomber di Surabaya)rkembangan Graffiti

Oleh: Obed Bima Wicandra Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya

ABSTRAK

Graffiti sering kali dipandang sebagai bentuk pencarian identitas anak muda atau untuk sekedar menunjukkan eksistensi mereka. Aksi mereka pun sering berhadapan dengan aparat kota (Satpol Pamong Praja) bahkan tidak jarang juga berhadapan dengan aparat kepolisian karena dipandang sebagai aksi yang merusak. Keberadaan bomber yang telah menjadi subkultur anak muda dipandang sebagai pemberontakan atas struktur urban semakin diterima. Meskipun di sisi lain pandangan yang sinis terhadap mereka tetap saja ada. Di era 1980-an, graffiti yang bertebaran di tembok-tembok kota sering menuliskan kelompok geng atau nama almamater sekolah. Hal-hal tersebut sering menjadi pemicu kekerasan antar kelompok, namun seiring perkembangan zaman, rupanya graffiti tidak sekedar menuliskan nama kelompok namun juga dikemas dengan cara yang lebih artistik dan tidak sekedar tagging belaka. Hingga kemudian seiring perkembangan gaya hidup yang ditopang oleh media massa maupun majalah dan buku-buku luar negeri yang membahas graffiti maupun dari internet, menjadikan graffiti tidak lagi dapat dipandang sebagai bentuk politik keberbedaan, namun hanya sekedar menjadi tuntutan tren saja. Graffiti hadir sebagai eksistensi mereka terhadap tanda zaman yang diwakili oleh tren gaya hidup dan hal ini lebih kuat tercermin daripada menunjukkan identitas mereka yang sarat ideologi keberbedaan.

Kamis, 15 Oktober 2009

tujuan & maksud Graffiti

Maksud dan Tujuan
Menyelenggarakan kegiatan Seni Graffiti dalam menanggapi perkembangan pertumbukan perkotaan terhadap fasilitas dan kebersihan kota yang merupakan salah satu potensi industri pariwisata
Mengingatkan kembali sejarah dan cerita asli khas masyarakat sunda kepada generasi muda dan para wisatawan yang datang ke Kota Bandung sehingga menjadi salah satu ciri khas dari pariwisata Kota Bandung
Membersihkan Kota Bandung dari segala bentuk tulisan/graffiti tangan-tangan jahil yang merusak keindahan kota terutama di lingkungan dinding tembok jembatan Pasupati
Memberikan kegiatan yang mendukung program promosi pariwisata dengan memberdayakan elemen masyarakat untuk ikut serta peduli menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan dan kenyamanan
Mencapai target Rekor Nasional MURI sebagai rangkaian Graffiti terpanjang di Indonesia
Menjalin kerjasama antara Pemerintah Daerah pada khususnya, Swasta dan elemen masyarakat pada umumnya untuk ikut serta dalam mendukung kota Bandung Bermartabat